Sabtu, 19 September 2015

Untukmu Ibu




Untukmu Ibu
 
Ibu adalah sekolah pertama untuk anak-anaknya. Namun apa jadinya, ketika Ibu pada zaman sekarang lebih mementingkan karir dengan bekerja diperusahaan atau bahkan diluar negeri hingga menelantarkan, akh tidak, bukan menelantarkan, terlalu kasar, tapi menitipkan anak-anaknya entah itu pada keluarga atau babysister atau pembantu atau asisten rumah tangga.

Ini adalah sebuah catatan kecil yang dibuat oleh seorang anak  mewakili teman-teman yang ditinggal ibunya bekerja,…

 Untukmu  Ibu
Ibu andaikan engkau tahu, kami anak-anakmu, lebih membutuhkan kasih-sayangmu, peluk cium darimu, nasihat-nasihat darimu, daripada setumpuk uang, atau mainan yang banyak.

Ibu bukankah engkau tahu, bahwa surga berada di bawah telapak kaki Ibu, seperti sabda Rasulullah saw :
“Hendaklah engkau tetap berbakti kepada ibu, karena Surga berada ada di bawah telapak kaki ibu.” (HR. Ath-Thabrani dan an-Nasai)

Ibu kami anakmu selalu berusaha positif thinking bahwa engkau bekerja untuk masa depan kami, demi kesejahteraan keluarga kita, agar kami menjadi anak yang sukses dan lebih baik darimu. Tapi Ibu jauh dari lubuk hati kami, kami begitu merindukanmu, kami ingin bercanda denganmu, kami ingin menceritakan segala kegiatan kami padamu. Terkadang kami iri melihat teman-teman kami dapat bermanja-manja pada ibu-ibu mereka, dimarahi ketika berbuat salah, mendapat pelukkan ketika berbuat baik. Ibu, kamipun menginginkan yang seperti itu.

Kami anakmu, takut Ibu, ketika kelak engkau tua renta. Kami enggan untuk merawatmu. Hingga menitipkanmu pada panti jompo atau pembantu. Seperti yang engkau lakukan pada kami sekarang ini. Semoga tidak ya bu…

Memang sulit ibu, kami tak sepenuhnya menyalahkanmu karena telah meninggalkan kami. Ini semua terjadi karena kebrobokkan sistem yang ada pada zaman ini. Yang beranggapan tentang kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, yang menganggap kehidupan akan bahagia jika banyak uang. Ketahuilah Ibu kebahagiaan kami adalah ketika kita dapat berkumpul bersama.

Ibu, engkau tetap Ibuku, yang telah mengandung, melahirkan, dan menyusuiku. Kami tetap mencintai dan menyayangimu. Kami akan terus menunggu engkau pulang, untuk bermain bersama kami, belajar bersama kami, biarlah hanya ayah yang bekerja, karena kewajiban mencari nafkah itu ayah. Kewajiban ibu adalah menjadi ibu dan mengurus rumah tangga. Bekerja untuk ibu hukumnya mubah ibu.

Dari anakmu

 Islam menetapkan dua peran penting perempuan, yaitu sebagai ibu dan pengelola rumah. Dalam Muqaddimah Dustur bab ”Nizham al-Ijtima’i” dinyatakan: “Hukum asal seorang wanita dalam Islam adalah ibu bagi anak-anak dan pengelola rumah suaminya. Ia adalah kehormatan yang wajib dijaga.”

Ibu adalah pendidik utama dan pertama bagi para buah hatinya. Ibu adalah peletak dasar jiwa kepemimpinan pada anak. Ibu mempersiapkan anak menjadi generasi pejuang Islam, Mujahid dan Mujahidah. Maka sudah seharusnya seorang Ibu haruslah pintar. Bersekolah tinggi bukanlah untuk mencari pekerjaan tetapi menyiapkan ilmu untuk diajarkan pada anak-anaknya kelak.

 Yuk Belajar menjadi Ummu Ideologis

Sumber :  http://gaulfresh.com/kisah/untukmu-ibu-2

Ana Dia Friska ( Kontributor Gaul Fresh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulislah Tulisan Yang Menurut Anda Baik