Sabtu, 19 September 2015

Musibah Terbesar Umat Islam



Musibah Terbesar Umat Islam

 Salah satu keuntungan orang mukmin sekaligus rahmat bagi hamba yang lemah adalah, Allah menjadikan segala bentuk kesedihan, duka cita, atau kegelisahan yang mendera kehidupan sebahai penghapus dosa dari kesalahan yang pernah mereka lakukan.

Ketaatan adalah hasil usaha seorang hamba sesuai kehendak Allah. Sedangkan maksiat merupakan buah usaha seorang hamba setelah adanya ketetapan dan takdir Allah.

Allah swt, berfirman :
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mndapat petunjuk.” (QS. Al-Basqarah : 156-157)

Ketika membaca ayat ini, Umar bin Khathtab langsung menangis. Berkah Allah dilimpahkan kepada orang-orang yang terkena musibah, malapetaka, dan bencana alam. Karena itulah dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang yang tertimpa musibah kemudian mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, maka pada saat itu Allah menuliskan pahala baginya.

Namun diantara musibah-musibah yang kita alami dan umat muslim alami saat ini. Sebelumya ada musibah yang lebih hebat lagi, yaitu wafatnya Rasulullah saw. Semoga rahmat dan kesejahteraan senantiasa dilimpahkan kepada beliau. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda : “ 
 Hendaklah Orang yang tertimpa musibah menjadikanku sebagai hiburannya, sebab aku adalah hiburan yang terbaik bagi setiap muslim.”

Setelah kerasullan, tak ada musibah yang lebih besar daripada wafatnya Rasulullah saw. Peristiwa besar ini jangan sampai membuat kita cemas dan gelisah. Kita harus sabar, saling menolong, dan saling menghibur sebagaimana yang dilakukan oleh sosok yang tegar Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dialah orang yang paling bisa mengendalikan emosi pada saat-saat yang sulit. Tepat disaat kekuatan orang-orang gagah macam Umar, layu. Ketika mereka menelungkupkan muka ke tanah, merasa ciut dan putus asa, Abu Bakar tetap tegar, inilah sosok yang dipersiapkan Rasulullah saw. Untuk menghadapi situasi demikian.

Kekuatan Umar melemah, padahal dialah orang yang paling berani. Umar naik ke atas mimbar sambil menghunus pedang dan berkata, “ Siapa yang mengatakan Muhammad telah wafat, akan ku tebas lehernya dengan pedang ini! Beliau tidak meninggal, namun beliau diangkat ke langit dan akan berada disana selama 40 Malam, sebagaimana Musa berada bersama Tuhannya selama 40 malam!”

Beragam suara yang menyiratkan kesedihan bercampur baur, isak tangis juga semakin meninggi. Pada saat yang kritis itu, Abu Bakar tidak ada di tempat. Dia baru dating beberapa saat kemudian dengan menunggang kuda. Dia bergerak perlahan memecah kerumunan orang. Abu Bakar langsung masuk dan melihat Rasulullah saw. Yang sudah berbaring kaku diselimuti kain sementara jiwanya sudah diangkat ke hadirat Illahi. Sejurus kemudian, Abu Bakar mencium jasad Rasulullah saw. Tanpa sadar, air matanya menetes membasahi pipi. Dan kemudian berkata, “Engkau telah merasakan kematian yang telah ditetapkan untukmu. Demi Allah!! Setelah kematian ini, engkau tidak akan meninggal selama-lamanya.” Selesai mengucapkan kata-kata itu, Abu Bakar keluar menemui kerumunan orang banyak. Dengan tegar, dia naik ke mimbar dan berkata, “Ibnu Khaththab, duduklah!”

Mendengar pinta Abu Bakar itu, Umar pun langsung duduk. Sebab, Abu Bakar memang memiliki posisi yang lebih tinggi dan agung dalam agama Islam.

Dengan tenang dan penuh wibawa, Abu Bakar lantas berkata, “ Saudara-saudara sekalian! Siapa yang menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad telah meninggal, dan siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup kekal dan tidak mati.”

Allah swt, berfirman :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat dan dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali-Imran:144)

Ketika mendengar seruan ini, Umar bin Khaththab langsung menundukkan muka dan berkata, “Demi Allah seolah aku baru saja mendengar ayat ini sekarang.”

Diambil dari Buku : Jangan Salahkan Tuhan
Penulis : Achmad Sunarto

Sumber :  http://gaulfresh.com/kisah/musibah-terbesar-umat-islam

By : Ana Dia Friska 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulislah Tulisan Yang Menurut Anda Baik