Musibah Terbesar Umat Islam
Salah satu keuntungan orang mukmin sekaligus
rahmat bagi hamba yang lemah adalah, Allah menjadikan segala bentuk kesedihan,
duka cita, atau kegelisahan yang mendera kehidupan sebahai penghapus dosa dari
kesalahan yang pernah mereka lakukan.
Ketaatan adalah hasil usaha seorang hamba sesuai kehendak
Allah. Sedangkan maksiat merupakan buah usaha seorang hamba setelah adanya
ketetapan dan takdir Allah.
Allah swt, berfirman :
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka
mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, mereka itulah orang-orang yang
mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka
itulah orang-orang yang mndapat petunjuk.” (QS. Al-Basqarah : 156-157)
Ketika membaca ayat ini, Umar bin Khathtab langsung
menangis. Berkah Allah dilimpahkan kepada orang-orang yang terkena musibah,
malapetaka, dan bencana alam. Karena itulah dalam sebuah riwayat disebutkan
bahwa orang yang tertimpa musibah kemudian mengucapkan inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un, maka pada saat itu Allah menuliskan pahala baginya.
Namun diantara musibah-musibah yang kita alami dan umat
muslim alami saat ini. Sebelumya ada musibah yang lebih hebat lagi, yaitu
wafatnya Rasulullah saw. Semoga rahmat dan kesejahteraan senantiasa dilimpahkan
kepada beliau. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda : “
Hendaklah
Orang yang tertimpa musibah menjadikanku sebagai hiburannya, sebab aku adalah
hiburan yang terbaik bagi setiap muslim.”
Setelah kerasullan, tak ada musibah yang lebih besar
daripada wafatnya Rasulullah saw. Peristiwa besar ini jangan sampai membuat
kita cemas dan gelisah. Kita harus sabar, saling menolong, dan saling menghibur
sebagaimana yang dilakukan oleh sosok yang tegar Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dialah
orang yang paling bisa mengendalikan emosi pada saat-saat yang sulit. Tepat
disaat kekuatan orang-orang gagah macam Umar, layu. Ketika mereka
menelungkupkan muka ke tanah, merasa ciut dan putus asa, Abu Bakar tetap tegar,
inilah sosok yang dipersiapkan Rasulullah saw. Untuk menghadapi situasi
demikian.
Kekuatan Umar melemah, padahal dialah orang yang paling
berani. Umar naik ke atas mimbar sambil menghunus pedang dan berkata, “ Siapa
yang mengatakan Muhammad telah wafat, akan ku tebas lehernya dengan pedang ini!
Beliau tidak meninggal, namun beliau diangkat ke langit dan akan berada disana
selama 40 Malam, sebagaimana Musa berada bersama Tuhannya selama 40 malam!”
Beragam suara yang menyiratkan kesedihan bercampur baur,
isak tangis juga semakin meninggi. Pada saat yang kritis itu, Abu Bakar tidak
ada di tempat. Dia baru dating beberapa saat kemudian dengan menunggang kuda.
Dia bergerak perlahan memecah kerumunan orang. Abu Bakar langsung masuk dan
melihat Rasulullah saw. Yang sudah berbaring kaku diselimuti kain sementara
jiwanya sudah diangkat ke hadirat Illahi. Sejurus kemudian, Abu Bakar mencium
jasad Rasulullah saw. Tanpa sadar, air matanya menetes membasahi pipi. Dan
kemudian berkata, “Engkau telah merasakan kematian yang telah ditetapkan
untukmu. Demi Allah!! Setelah kematian ini, engkau tidak akan meninggal
selama-lamanya.” Selesai mengucapkan kata-kata itu, Abu Bakar keluar menemui
kerumunan orang banyak. Dengan tegar, dia naik ke mimbar dan berkata, “Ibnu
Khaththab, duduklah!”
Mendengar pinta Abu Bakar itu, Umar pun langsung duduk.
Sebab, Abu Bakar memang memiliki posisi yang lebih tinggi dan agung dalam agama
Islam.
Dengan tenang dan penuh wibawa, Abu Bakar lantas berkata, “
Saudara-saudara sekalian! Siapa yang menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad
telah meninggal, dan siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup
kekal dan tidak mati.”
Allah swt, berfirman :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah Rasul, sungguh telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat dan dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia
tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali-Imran:144)
Ketika mendengar seruan ini, Umar bin Khaththab langsung
menundukkan muka dan berkata, “Demi Allah seolah aku baru saja mendengar ayat
ini sekarang.”
Diambil dari Buku : Jangan Salahkan Tuhan
Penulis : Achmad Sunarto
Sumber : http://gaulfresh.com/kisah/musibah-terbesar-umat-islam
By : Ana Dia Friska