Rabu, 30 September 2015

Karena Kita Sedang Sakit



Karena Kita Sedang Sakit

Aku sebel melihat mereka yang berdua-duaan, aku sebel melihat mereka yang berpelukkan, aku sebel melihat mereka yang tertawa-tawa keras, aku sebel, sebel, sebel pake banget….

Kenapa?

Karena mereka berdua-duaan dengan non mahram, istilah trennya itu pacaran, mereka berpelukkan di depan umum padahal masih menggunakan seragam sekolah. Dan parahnya lagi mereka berpacaran secara berjamaah, kumpul-kumpul dengan pasangan masing-masing secara serempak. Dan yang lebih parahnya lagi perempuannya menggunakan kerudung yang menandakan bahwa ia seorang muslim. Dan sebagai muslim tidak seharusnya berpacaran, karena sudah jelas dalilnya bahwa pacaran adalah haram, dalam Islam tidak ada istilah pacaran.

Yaaa Allah betapa sedihnya diri ini, menyaksikan semua ini.

Ya Rasulullah…Tak dapat ku bayangkan bagaimana sedihnya Engkau melihat ummat mu seperti ini. Para generasi pemuda dan penerus banyak yang melakukan maksiat, malas untuk menuntut ilmu, sekolah hanya formalitas saja tidak ada kesadaran dalam diri mereka.

Ya Rasulullah, umat islam sekarang sedang sakit.

Sakit karena ummat Islam tak memiliki khalifah (pemimpin), sakit karena ummat Islam tak memiliki tameng untuk berlindung atau negara yang menerapkan aturan Islam yakni Khilafah, karena ummat Islam saat ini banyak yang tidak sadar bahwa dirinya sedang di jajah pemikiran-pemikiran kufur. Ummat Islam sedang sakit yaa Rasul…

Untuk kalian para pejuang Syariah dan Khilafah, teruslah berjuang menegakkan hukum Allah dalam naunagn khilafah. Teruslah berjuang menyadarkan ummat untuk kembali pada fitrahnya yakni berislam secara kaffah, secara menyeluruh, secara sempurna.

Karena aku tak ingin ada lagi orang yang berpacaran tanpa adanya ikatan yang halal, karena aku tak ingin ada lagi kemaksiatan yang terus menerus berjalan, karena aku tak ingin lebih banyak lagi korban yang terjadi akibat tak diterapkannya hukum Allah.

#IndonesiaTanpaPacaran
#WeNeedKhilafah

By : Ana Dia Friska

Jumat, 25 September 2015

Jangan Berhenti Sebelum Allah Yang Menghentikannya



Jangan Berhenti Sebelum Allah Yang Menghentikannya

Pada saat aku ke pantai, setelah sekian lama tak ke pantai. Awalnya aku bingung untuk melepas sandal dan kaos kakiku karena jika ku buka maka aku berarti tak menutup aurat secara sempurna, hingga akhirnya aku tetap memakai sandal dan kaos kaki saat ke tepi pantai. Seperti dugaanku sandalku menjadi berat oleh pasir hingga sulit berjalan.Sehingga aku memutuskan untuk melepas sandalku dan menitipkannya ke warung dekat pantai sebelum kembali lagi untuk bermain di tepi pantai  namun aku tetap memakai kaos kakiku.

Lalu apa hubungannya kisah di atas dengan tulisanku kali ini??

Aku sampai di pantai itu pagi hari, sehingga cuaca belum begitu terasa panas. Apalagi begitu sampai ke pantai aku langsung menuju tepi pantai dan bermain air yang dingin. Hingga tak terasa bahwa hari semakin panas. Sampai suatu ketika, ketika aku akan kembali ke atas, menuju tempat penitipan barang, semakin ke atas ternyata pasir pantai semakin panas, panas sekali, apalagi posisiku yang hanya memakai kaos kaki, semakin terasa panas pasir itu. Aku mencoba untuk berlari agar cepat sampai dengan tujuanku, namun terasa jauh sekali, aku merasa sudah tidak kuat lagi menyentuh pasir yang panas ini, aku berhenti karena tak kuat berlari lagi. Tapi jika aku berhenti semakin terbakar kaki ini oleh panasnya pasir akibat teriknya matahari. Tapi jika aku terus berlari dan mau berusaha lebih keras lagi untuk mencapai tujuanku dan tujuan itu pasti akan terlihat semakin dekat walau kakiku harus kepanasan untuk beberapa saat. Berbeda ketika aku berhenti, tujuanku akan terus jauh tidak akan semakin dekat,dan justru aku akan terus merasa kepanasan, semakin kepanasan, hingga mungkin akan lelah dan pingsan di bawah teriknya matahari.

Hal ini, sama halnya seperti perjuangan kita dalam menegakkan hukum Allah, ketika kita terus bergerak maka lambat laun kita akan sampai pada tujuan kita, walau dalam perjalanan kita penuh aral rintang yang menghadang, penuh pengorbanan. Namun semua itu akan terbayarkan ketika kita telah sampai pada tujuan kita. Rasa haru, bahagia pasti akan menyelimuti kita dan kita pun akan lupa bahwa kita pernah sakit dalam perjalanan karena semua itu telah tergantikan oleh kebahagiaan yang kita dapatkan.

Berbeda halnya ketika kita diam saja, ketika hukum Allah dicampakkan, kita pasrah diatur oleh sistem kufur demokrasi. Akibat diam kita ini, maka hidup kita pasti akan semakin susah dan sengsara. Lambat laun kita akan membusuk karena diam kita. Di dunia saja kita sudah sengsara, bahkan kita juga belum tau bagaimana kita di akhirat akankah kita dihisab karena diam kita, saat Hukum Allah tak diterapkan, saat Agama yang di ridhoi Allah dihinakan.

Bukankah lebih baik hancur berkeping-keping karena bergerak, daripada membusuk karena diam.

Maka Teruslah Berjuang Jangan berhenti dan jangan menyerah sebelum Allah yang menghentikanmu dengan mencabut nyawamu.

By : Ana Dia Friska

Selasa, 22 September 2015

Indahnya Ukhuwah Islam



Indahnya ukhuwah Islam

 Mungkin ketika merantau ke negeri orang, kita akan sulit mendapatkan teman baru apalagi teman akrab. Namun ternyata semua itu tak sesulit yang kita bayangkan. Mendapatkan teman baru, teman baik dalam bingkai Islam itu mudah dan indah.

Allah swt. Berfirman :
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah, orang-orang yang bersaudara. dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Al Imran: 103)

Rasulullah pernah bersabda :
“ Tidak sempurna Iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sesama umat muslim itu adalah saudara guys, entah itu orang jawa, sunda, batak, betawi, atau bahkan bule (turis) meskipun berbeda warna kulit dan bahasa. Selama mereka muslim mereka adalah saudara kita. Bukankah Mayoritas penduduk Indonesia itu muslim, maka tak akan sulit kita mendapatkan teman. Hanya saja pemikiran-pemikiran umat Islam sekarang telah rusak. Memilih teman hanya berdasarkan asas manfaat, pemikiran Islam sudah berubah menjadi pemikiran sekulerisme ( memisahkan agama dari kehidupan). Maka dari itu kita merasa sulit mendapatkan teman.

Jadi kita harus berhati-hati dalam memilih teman, bertemanlah dengan seseorang yang dapat mendekatkan kamu pada- Nya. Dan ketika engkau telah menemukan teman yang seperti itu jangan kau lepaskan. Karena teman yang seperti itu adalah teman sejati, yang mencintai kita karena Allah, dan sulit didapatkan di zaman diktaktor seperti ini.

Namun apabila Islam telah menjadi pegangan dalam diri seseorang, maka nikmatnya Ukhuwah Islam telah dirasakannya, ketika ada yang mencacinya dia bersabar dan mendoakan orang tersebut, ketika ada yang menolongnya dia akan menyayanginya seperti saudara. Seandainya seluruh umat Islam di dunia ini telah berpemikiran yang sama yakni Islam, berperasaan yang sama yakni Islam, dan aturan yang diterapkannya adalah aturan Islam, maka Nikmat Ukhuwah Islam akan lebih terasa Indah.

By : Ana Dia Friska

Senin, 21 September 2015

Tak Lekang Oleh Waktu



Tak Lekang Oleh Waktu

Tak lekang oleh waktu, seperti lagu aja yaa… tapi kali ini beda cerita. Ini bukan soal cinta atau apapun. Tapi kali ini kita akan membahas mengenai masalah al-Quran yang tak lekang ditelan zaman.

Kok bisa??!!

Yaaa Bisa, al-Quran yang mulia adalah Firman Allah swt. Yang diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad saw, melalui wahyu, JIbril.

Sesuai dengan firman Allah, Bahwa al-Quran adalah kitab yang dijaga penjagaannya oleh Allah sendiri,.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran dan Kami pasti akan menjaganya.” (QS. Al-Hijr : 9)

Al-Quran adalah kitab yang mampu menghidupkan jiwa dan menentramkan hati. Dengan izin Tuhan mereka, al-Quran bisa mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Yaitu jalan Dzat yang Maha Perkasa lagi terpuji. Siapa saja yang berkata dengan menggunakan al-Quran, pasti akan tepercaya. Siapa yang mengamalkannya, pasti akan beruntung. Siapa yang memutuskan hukum dengannya, pasti akan adil. Dan siapa yang mendakwahkannya, pasti akan mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus.

Waww… Begitu dahsyatnya al-Quran…

Sesuatu yang paling berharga bagi kaum muslim umumnya dan para pengemban dakwah khususnya adalah bahwa hendaknya al-Quran senantiasa menjadi penyiram hati mereka, dan teman setia yang mengiringi setiap langkah mereka. Al-Quran adalah pedoman atau petunjuk hidup untuk manusia, maka apabila al-Quran sudah tidak lagi menjadi petunjuk hidup manusia maka hancur dan rusaklah para manusia itu.

Karena al-Quran adalah petunjuk hidup, maka al-Quran takkan Lekang oleh waktu. Walau para kafir penjajah banyak yang membakar al-Quran, atau jika al-Quran di dunia ini dibakar semua. Maka Allah akan menjaganya dengan semakin bertambahnya para Hafidz dan Hafidzoh para penghafal Al-Quran. Karena al-Quran adalah kalamullah maka tak ada satupun manusia yang dapat merubahnya, dan sesuai firman Allah, Allah akan menjaga al-Quran sampai Kiamat nanti.

Sungguh tiada keraguan di dalam al-Quran, apapun yang ada di dalamnya kita wajib meyakininya.

Terus membaca,menghafal, dan mengamalkannya, karena al-Quran adalah sumber kebaikan dan sumber amal shaleh.

Sumber :  http://gaulfresh.com/nafsiyah/tak-lekang-oleh-waktu

By : Ana Dia Friska

Sabtu, 19 September 2015

Musibah Terbesar Umat Islam



Musibah Terbesar Umat Islam

 Salah satu keuntungan orang mukmin sekaligus rahmat bagi hamba yang lemah adalah, Allah menjadikan segala bentuk kesedihan, duka cita, atau kegelisahan yang mendera kehidupan sebahai penghapus dosa dari kesalahan yang pernah mereka lakukan.

Ketaatan adalah hasil usaha seorang hamba sesuai kehendak Allah. Sedangkan maksiat merupakan buah usaha seorang hamba setelah adanya ketetapan dan takdir Allah.

Allah swt, berfirman :
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mndapat petunjuk.” (QS. Al-Basqarah : 156-157)

Ketika membaca ayat ini, Umar bin Khathtab langsung menangis. Berkah Allah dilimpahkan kepada orang-orang yang terkena musibah, malapetaka, dan bencana alam. Karena itulah dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang yang tertimpa musibah kemudian mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, maka pada saat itu Allah menuliskan pahala baginya.

Namun diantara musibah-musibah yang kita alami dan umat muslim alami saat ini. Sebelumya ada musibah yang lebih hebat lagi, yaitu wafatnya Rasulullah saw. Semoga rahmat dan kesejahteraan senantiasa dilimpahkan kepada beliau. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda : “ 
 Hendaklah Orang yang tertimpa musibah menjadikanku sebagai hiburannya, sebab aku adalah hiburan yang terbaik bagi setiap muslim.”

Setelah kerasullan, tak ada musibah yang lebih besar daripada wafatnya Rasulullah saw. Peristiwa besar ini jangan sampai membuat kita cemas dan gelisah. Kita harus sabar, saling menolong, dan saling menghibur sebagaimana yang dilakukan oleh sosok yang tegar Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dialah orang yang paling bisa mengendalikan emosi pada saat-saat yang sulit. Tepat disaat kekuatan orang-orang gagah macam Umar, layu. Ketika mereka menelungkupkan muka ke tanah, merasa ciut dan putus asa, Abu Bakar tetap tegar, inilah sosok yang dipersiapkan Rasulullah saw. Untuk menghadapi situasi demikian.

Kekuatan Umar melemah, padahal dialah orang yang paling berani. Umar naik ke atas mimbar sambil menghunus pedang dan berkata, “ Siapa yang mengatakan Muhammad telah wafat, akan ku tebas lehernya dengan pedang ini! Beliau tidak meninggal, namun beliau diangkat ke langit dan akan berada disana selama 40 Malam, sebagaimana Musa berada bersama Tuhannya selama 40 malam!”

Beragam suara yang menyiratkan kesedihan bercampur baur, isak tangis juga semakin meninggi. Pada saat yang kritis itu, Abu Bakar tidak ada di tempat. Dia baru dating beberapa saat kemudian dengan menunggang kuda. Dia bergerak perlahan memecah kerumunan orang. Abu Bakar langsung masuk dan melihat Rasulullah saw. Yang sudah berbaring kaku diselimuti kain sementara jiwanya sudah diangkat ke hadirat Illahi. Sejurus kemudian, Abu Bakar mencium jasad Rasulullah saw. Tanpa sadar, air matanya menetes membasahi pipi. Dan kemudian berkata, “Engkau telah merasakan kematian yang telah ditetapkan untukmu. Demi Allah!! Setelah kematian ini, engkau tidak akan meninggal selama-lamanya.” Selesai mengucapkan kata-kata itu, Abu Bakar keluar menemui kerumunan orang banyak. Dengan tegar, dia naik ke mimbar dan berkata, “Ibnu Khaththab, duduklah!”

Mendengar pinta Abu Bakar itu, Umar pun langsung duduk. Sebab, Abu Bakar memang memiliki posisi yang lebih tinggi dan agung dalam agama Islam.

Dengan tenang dan penuh wibawa, Abu Bakar lantas berkata, “ Saudara-saudara sekalian! Siapa yang menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad telah meninggal, dan siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup kekal dan tidak mati.”

Allah swt, berfirman :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat dan dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali-Imran:144)

Ketika mendengar seruan ini, Umar bin Khaththab langsung menundukkan muka dan berkata, “Demi Allah seolah aku baru saja mendengar ayat ini sekarang.”

Diambil dari Buku : Jangan Salahkan Tuhan
Penulis : Achmad Sunarto

Sumber :  http://gaulfresh.com/kisah/musibah-terbesar-umat-islam

By : Ana Dia Friska