Selasa, 20 Oktober 2015

Visi Keluarga Kita Kelak



Visi Keluarga Kita Kelak 

Duhai kamu yang sedang berusaha untuk menjemputku

 Hari ini aku banyak mendapatkan cerita tentang sebuah keluarga yang sedang dalam masalah, dan sepertinya sudah dalam konflik yang akan pecah. Padahal kamu tahu, diawal-awal pernikahan, mereka terbilang mesra.

Siang itu, saat aku tiba di stasiun Banjar. Aku menunggu pamanku untuk menjemputku, karena aku salah kirim sms, jadi aku menunggu lumayan lama. Saat pamanku tiba, aku memberi salam dan langsung menaiki motor, sudah tak sabar untuk bertemu keluarga. Yaaa sudah 3 bulan aku tak pulang kampung. 

Dalam perjalanan pulang, pamanku banyak bercerita tentang masalah-masalah keluarga yang terjadi selama aku tak di rumah. Dan salah satu ceritanya tentang masalah keluarga seseorang, yang dimana sudah 3 bulan istrinya berada di rumah orang tuanya lantaran sang istri tidak sreg dengan sang mertua. Mertuanya yang cerewet, dan suka ngomong seenaknya. Sebenarnya aku tidak tahu yang salah sang menantu atau sang mertua. Hanya saja aku kasian terhadap sang suami. Disatu sisi ia bertanggung jawab sebagai seorang anak laki-laki kepada orang tuanya di sisi lain ia juga ingin mempertahankan keluarganya dengan sang istri, walaupun sang istri sepertinya sudah tak begitu menghargai suaminya, juga orang tua sang suami. 

Semoga kelak ketika kita telah berkeluarga, aku sebagai istrimu, diberikan kesabaran lebih yaa. Lebih paham akan kondratku sebagai istri dan menantu, dan semoga kelak engkau tak bosan untuk terus mengingatkanku menuju jalan yang benar, ketika aku khilaf dan salah. 

Dan masih banyak lagi masalah-masalah keluarga yang mengalami keretakkan setelah bertahun-tahun bersama dan banyak pula yang berujung perceraian. Keputusan yang diperbolehkan namun dibenci oleh Allah. 

Dari Umar, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesuatu yang halal tapi dibenci Allah adalah perceraian" [H.R. Abu Daud dan Hakim]

Kebanyakan masalah yang dialami itu disebabkan banyak faktor seperti tidak adanya rasa cinta, problema ekonomi, campur tangan orang tua, istri atau suami selingkuh, dll. 

Perasaan kita pasti merinding, mendengar cerita itu semua. Insya Allah, keluarga yang nanti kita bangun tak mengalami hal itu. Karena efeknya akan melebar kemana-mana khususnya anak-anak. Kita lihat saja, betapa banyak anak-anak yang terjerumus dalam pergaulan bebas, narkoba, dan kriminalitas yang berawal dari keluarga yang berantakan (brokenhome) 

Karena itu, sebelum kita melangkah ada baiknya kita membahas sejumlah visi yang akan membingkai segala persoalan yang akan terjadi nantinya dalam keluarga kita. Ketika kita dalam masalah kita ingat kembali visi keluarga kita. 

Visi pertama adalah menjadikan rumah tangga sebagai ladang pahala untuk keselamatan dunia dan akhirat. Sekali lagi ladang pahala, sehingga apapun yang terjadi maka itulah kesempatan tiap anggota keluarga untuk memetik pahala dan ridho-Nya. Kalau sudah begini maka apapun yang terjadi adalah sebuah kebaikan. Jika kebahagiaan yang kita dapatkan, kita memetik pahala dengan pandai mensyukurinya. Jika sebaliknya, ketika musibah yang kita dapati kita memetik pahala dengan kesabaran dan tawakal. Itu adalah ujian manusia, kalau itu terjadi yakinilah bahwa itu merupakan takdir terbaik dari-Nya. 

Disini persoalannya,terkadang salah satu pihak , suami atau istri terlalu emosional menyikapi persoalan. Bahkan cenderung berlebihan. Sehingga sebuah persoalan yang sederhana dan memiliki solusi sederhana, karena disikapi dengan emosional maka yang muncul adalah persoalan yang lebih parah lagi.

Dengan kesamaan visi ini, akan menentukan tempat kembali apabila terjadi perselisihan diantara kita. Kita buat aturan main, yang pertama diantara kita dilarang marah dua-duanya, cukuplah salah satu diantara kita saja, entah itu kamu atau aku. 

Semoga aku bisa yah, ketika kamu marah, aku akan menatapmu dengan penuh kesabaran, dan berfikir bahwa kamu sedang main sinetron, lucu dan tidak perlu ditanggapi. Alangkah indahnya, apabila salah satu pihak entah istri atau suami, sedang marah-marah, ngamuk-ngamuk, tidak dapat dikontrol emosinya, pihak yang lainnya tetap diam dan menatapnya penuh cinta, dan setelah berhenti dipeluknya sang pasangan untuk menenangkannya. Pasti segala persoalan akan berakhir dengan happy ending dan membuat pasangan semakin cinta. Insya Allah

Kamu tahu calon imamku, aku pernah membaca sebuah kata-kata yang menurutku sangat keren, khususnya untuk para lelaki. Kata-kata itu adalah : “ Seseorang yang dapat mengontrol emosi, dialah sang penakluk. Yang tidak marah dialah pemenang. Yang tetap tenang saat menghadapi masalah, dialah sesungguhnya pemimpin. Yang mampu menstabilkan emosi, akan mampu menyelesaikan masalah”

Orang yang marah itu laksana kuda liar yang baru ditangkap. Ganas, tak menggunakan akal sehat. Mungkin bisa dibilang, ia setengah waras. Makanya, kalau sedang marah begini tidak boleh mengambil keputusan, karena orang marah bukanlah ia yang sebenarnya.

 Jikalau seandainya persoalan yang kita hadapi tak dapat kita selesaikan berdua, kita minta bantuan orang ketiga, yang kita percayai untuk menjadi stabilisator, bisa gurumu, paman, atau teman dekat yang kita berdua percayai.

Dan jika jalur mekanisme itu sudah kita lalui namun belum menemukan solusi, kita gunakan langkah terakhir yakni sesuatu yang halal namun Allah benci. Jika benar-benar tidak tidak ada solusi lain. Semoga tidak sampai kesitu yaa.

Untuk saat ini yang perlu kita lakukan, banyak belajar dan terus memperbaiki diri yaa, menjaga hati,menjaga pandangan… hingga saatnya nanti ketika kita benar-benar telah siap, Insya Allah, Allah akan mempertemukan kita. Jikalau bukan di dunia Insya Allah di jannah-Nya. ‪#‎IndahnyaMenikahTanpaPacaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulislah Tulisan Yang Menurut Anda Baik