Visi Keluarga Kita Kelak
Duhai kamu yang sedang berusaha untuk menjemputku
Hari ini aku banyak
mendapatkan cerita tentang sebuah keluarga yang sedang dalam masalah, dan
sepertinya sudah dalam konflik yang akan pecah. Padahal kamu tahu, diawal-awal
pernikahan, mereka terbilang mesra.
Siang itu, saat aku
tiba di stasiun Banjar. Aku menunggu pamanku untuk menjemputku, karena aku
salah kirim sms, jadi aku menunggu lumayan lama. Saat pamanku tiba, aku memberi
salam dan langsung menaiki motor, sudah tak sabar untuk bertemu keluarga. Yaaa
sudah 3 bulan aku tak pulang kampung.
Dalam perjalanan pulang, pamanku banyak bercerita tentang
masalah-masalah keluarga yang terjadi selama aku tak di rumah. Dan salah satu
ceritanya tentang masalah keluarga seseorang, yang dimana sudah 3 bulan
istrinya berada di rumah orang tuanya lantaran sang istri tidak sreg dengan
sang mertua. Mertuanya yang cerewet, dan suka ngomong seenaknya. Sebenarnya aku
tidak tahu yang salah sang menantu atau sang mertua. Hanya saja aku kasian
terhadap sang suami. Disatu sisi ia bertanggung jawab sebagai seorang anak
laki-laki kepada orang tuanya di sisi lain ia juga ingin mempertahankan keluarganya
dengan sang istri, walaupun sang istri sepertinya sudah tak begitu menghargai
suaminya, juga orang tua sang suami.
Semoga kelak ketika kita telah berkeluarga, aku sebagai
istrimu, diberikan kesabaran lebih yaa. Lebih paham akan kondratku sebagai istri
dan menantu, dan semoga kelak engkau tak bosan untuk terus mengingatkanku
menuju jalan yang benar, ketika aku khilaf dan salah.
Dan masih banyak lagi masalah-masalah keluarga yang
mengalami keretakkan setelah bertahun-tahun bersama dan banyak pula yang berujung
perceraian. Keputusan yang diperbolehkan namun dibenci oleh Allah.
Dari Umar, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesuatu
yang halal tapi dibenci Allah adalah perceraian" [H.R. Abu
Daud dan Hakim]
Kebanyakan masalah yang dialami itu disebabkan banyak faktor
seperti tidak adanya rasa cinta, problema ekonomi, campur tangan orang tua,
istri atau suami selingkuh, dll.
Perasaan kita pasti merinding, mendengar cerita itu semua.
Insya Allah, keluarga yang nanti kita bangun tak mengalami hal itu. Karena
efeknya akan melebar kemana-mana khususnya anak-anak. Kita lihat saja, betapa
banyak anak-anak yang terjerumus dalam pergaulan bebas, narkoba, dan
kriminalitas yang berawal dari keluarga yang berantakan (brokenhome)
Karena itu, sebelum kita melangkah ada baiknya kita membahas
sejumlah visi yang akan membingkai segala persoalan yang akan terjadi nantinya
dalam keluarga kita. Ketika kita dalam masalah kita ingat kembali visi keluarga
kita.
Visi pertama adalah menjadikan rumah tangga sebagai ladang
pahala untuk keselamatan dunia dan akhirat. Sekali lagi ladang pahala, sehingga
apapun yang terjadi maka itulah kesempatan tiap anggota keluarga untuk memetik
pahala dan ridho-Nya. Kalau sudah begini maka apapun yang terjadi adalah sebuah
kebaikan. Jika kebahagiaan yang kita dapatkan, kita memetik pahala dengan
pandai mensyukurinya. Jika sebaliknya, ketika musibah yang kita dapati kita
memetik pahala dengan kesabaran dan tawakal. Itu adalah ujian manusia, kalau
itu terjadi yakinilah bahwa itu merupakan takdir terbaik dari-Nya.
Disini persoalannya,terkadang salah satu pihak , suami atau
istri terlalu emosional menyikapi persoalan. Bahkan cenderung berlebihan.
Sehingga sebuah persoalan yang sederhana dan memiliki solusi sederhana, karena
disikapi dengan emosional maka yang muncul adalah persoalan yang lebih parah
lagi.
Dengan kesamaan visi ini, akan menentukan tempat kembali apabila terjadi
perselisihan diantara kita. Kita buat aturan main, yang pertama diantara kita
dilarang marah dua-duanya, cukuplah salah satu diantara kita saja, entah itu
kamu atau aku.
Semoga aku bisa yah, ketika kamu marah, aku akan menatapmu dengan
penuh kesabaran, dan berfikir bahwa kamu sedang main sinetron, lucu dan tidak
perlu ditanggapi. Alangkah indahnya, apabila salah satu pihak entah istri atau
suami, sedang marah-marah, ngamuk-ngamuk, tidak dapat dikontrol emosinya, pihak
yang lainnya tetap diam dan menatapnya penuh cinta, dan setelah berhenti
dipeluknya sang pasangan untuk menenangkannya. Pasti segala persoalan akan
berakhir dengan happy ending dan membuat pasangan semakin cinta. Insya Allah
Kamu tahu calon imamku, aku pernah membaca sebuah kata-kata
yang menurutku sangat keren, khususnya untuk para lelaki. Kata-kata itu adalah
: “ Seseorang yang dapat mengontrol emosi, dialah sang penakluk. Yang tidak
marah dialah pemenang. Yang tetap tenang saat menghadapi masalah, dialah
sesungguhnya pemimpin. Yang mampu menstabilkan emosi, akan mampu menyelesaikan
masalah”
Orang yang marah itu laksana kuda liar yang baru ditangkap.
Ganas, tak menggunakan akal sehat. Mungkin bisa dibilang, ia setengah waras.
Makanya, kalau sedang marah begini tidak boleh mengambil keputusan, karena
orang marah bukanlah ia yang sebenarnya.
Jikalau seandainya
persoalan yang kita hadapi tak dapat kita selesaikan berdua, kita minta bantuan
orang ketiga, yang kita percayai untuk menjadi stabilisator, bisa gurumu,
paman, atau teman dekat yang kita berdua percayai.
Dan jika jalur mekanisme itu sudah kita lalui namun belum
menemukan solusi, kita gunakan langkah terakhir yakni sesuatu yang halal namun
Allah benci. Jika benar-benar tidak tidak ada solusi lain. Semoga tidak sampai
kesitu yaa.
Untuk saat ini yang perlu kita lakukan, banyak belajar dan
terus memperbaiki diri yaa, menjaga hati,menjaga pandangan… hingga saatnya
nanti ketika kita benar-benar telah siap, Insya Allah, Allah akan mempertemukan
kita. Jikalau bukan di dunia Insya Allah di jannah-Nya. #IndahnyaMenikahTanpaPacaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulislah Tulisan Yang Menurut Anda Baik