Senin, 26 Oktober 2015

Konsekuensi Menjadi Manusia



Konsekuensi Menjadi Manusia

Perilaku itu ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang luhur dan ada yang hina, ada yang terhormat da nada yang tercela.Dan dalam hal ini manusia mempunyai kesiapan untuk berperilaku rendah, hingga menjadi makhluk  yang paling tidak bermartabat; juga mempunyai kesiapan untuk berperilaku mulia, hingga menjadi makhluk yang paling mulia.Manusia mempunyai kesiapan untuk menjadi baik, menjadi jahat, atau menjadi baik sekaligus jahat pada waktu yang bersamaan.

Dendam, dengki, iri, khianat, sombong, riya, marah, tamak, angkuh, ujub, curang, keras kepala, muka tebal, kasar, berikut adalah sifat-sifat kebalikannya, dan sifat-sifat lainnya merupakan gambaran beragamnya perilaku manusia.

Pertanyaannya sekarang  :Apa konsekuensi yang timbul dari semua keistimewaan yang dikaruniakanTuhan kepada manusia ini?

Jawabannya barang kali dapat kita temukan pada kata bijak berikut :
“ Sebesar karunia yang dilimpahkan kepadamu, sebesaritu pula tanggungjawab yang dituntut darimu.”

Allah telah menjadikan manusia sebaga isatu-satunya makhluk, di antara sekian makhluk kasat mata di mukabumi, yang dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Allah berfirman :

“ Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpapertanggungjawaban) ?” ( QS. Al-Qiyamah : 36)

“ Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun : 15)

Disebutkan di dalam al-Quran, bahwa sebelum diberikan kepada manusia, Allah SWT telah menawarkan tanggungjawab inikepada makhluk-makhluk yang lain. Namun mereka tidak sanggup memikulnya .

“ Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat tersebut dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh,” (QS. Al-Ahzab:72)

Dan dengan keistimewaan2 yang dianugerahkan kepada manusia yang sebagian kecilnya telah kami sebutkan di atas Allah  SWT mengangkat manusia sebagai khalifah (wakil) Allah di mukabumi. Allah berfirman :

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah (wakil) di muka bumi.’” (QS. Al-Baqarah :30)

“Dan Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah (wakil) di bumi.” (QS. Al-An’am :165)

Namun perlu di ingat, karena status manusia hanyalah seorang khalifah atau wakil, maka :
·         Ia bukanlah penguasa sesungguhnya
·         Ia harus bekerja sesuai perintah Dzat yang mengangkatnya, bukan sesuai kemauan sendiri
·         Ia tidak boleh menentang dan berbuat melampaui batas yang telah ditentukan
·         Ia harus melakukan apa yang dikehendaki Dzat yang mengangkatnya, bukan menuruti kehendaknya sendiri.

Ini artinya, manusia bukanlah makhluk merdeka. Manusia merupakan hamba Allah yang diberi kedudukan istimewa di alam ini.Maka dari itu Allah SWT  berfirman :

“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar  mereka beribadah (meghamba) kepada-Ku.” ( QS. Adz-Dzariyat :56)

Dengan demikian, kekhalifahan manusia di muka bumi ini terkait erat dengan penghambaan kepada Allah SWT.Apabila seseorang tidak mengarahkan penghambaanya kepada Allah berarti dia telah mensejajarkan dirinya sendiri dengan benda-benda mati, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, kita melihat al-Quran berulang kali menegaskan bahwa orang yang  tidak taat kepada Allah  adalah orang yang telah kehilangan sisi kemanusiaanya. Sebagaimana firman-Nya tentang orang-orang munafik :

“ Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan mereka kagum, dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka, seakan-akan mereka adalah kayu yang tersandar.” ( QS. Al-Munafikun :4)

Hanya dengan melaksanakan perintah  Allah-lah kemanusiaan manusia akan sempurna. Sebaliknya, jika manusia meninggalkan perintah-Nya, niscaya derajatnya akan jatuh kederajat binatang yang lepas bebas tanpa ikatan.

Namun, untuk saat ini kita takkan mampu melaksanakan perintah Allah secara sempurna, karena sistem yang di emban bukanlah sistem Islam. Maka dari itu kita butuh wadah  yang akan menerapkan aturan Allah secara sempurna yakni dalam Naungan Khilafah.

By : Ana Dia Friska (Kontributor Gaul Fresh )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulislah Tulisan Yang Menurut Anda Baik